A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa
diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang
lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan
menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam
dirinya.
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi
secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan
informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan
berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau
tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang
digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu
berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi
tertentu.
Tingkat literasi mencakup performative,
functional, informational, dan epistemic.
Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan,
dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional,
orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational,
orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada
tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa
sasaran (Wells,1987).
Pembelajaran bahasa Inggris di SMP/MTs
ditargetkan agar peserta didik dapat mencapai tingkat functional yakni
berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari,
sedangkan untuk SMA/MA diharapkan dapat mencapai tingkat informational
karena mereka disiapkan untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Tingkat literasi epistemic dianggap terlalu tinggi untuk dapat dicapai
oleh peserta didik SMA/MA karena bahasa Inggris di Indonesia berfungsi sebagai
bahasa asing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar